LAMALERA DAN TRADISI PERBURUAN IKAN PAUS


(Lamafa yang hendak melompat dan menikam.
foto dok. Pribadi Ubas)


    Baleo…..!!!, Baleo…!!! Baleo!!!
Seruan ini dipekikan terus-menenurus, sambung menyambung hingga teriakan kata ini bergema di sudut-sudut kampung Lamalera. Seruan ini pertanda ada semburan ikan paus yang muncul di laut sekitar kampung Lamalera. Ketika seruan itu terdengar, seketika itu juga segala aktivitas para lelaki di kampung itu dihentikan, kemudian berlari menuju pantai dan masing-masing kelompok mendorong ‘pledang’(perahu pemburu ikan paus). Masing-masing ‘pledang’ menuju  menuju semburan ikan paus itu. Seketika suasana menjadi hening. Pledang-pledang beralun mengikuti irama gelombang laut. Mata lamafa sang juru tikam tampak mawas, memperhatikan gerakan ikan paus yang akan segera ditikam dan dibawa pulang untuk menghidupi semua masyarakat kampung Lamalera. Ketika pulang mereka disambut dengan sorakan ibu-ibu dan anak-anak di tepi pantai.

(ket: sorakan kegembiraan anak-anak Lamalera saat para pemburu tiba.
Foto dok pribadi Ubas)



(ket: Proses pemotongan Ikan Paus. Foto dok pribadi Ubas)

Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) selain punya keindahan alam yang unik, juga punya tradisi yang tak kalah unik dan mendunia, ialah berburu paus. Perburuan ikan paus ini terkadi di kampung Lamalera Kecamatan Wulandoni Kabupaten Lembata. Salah satu kampung yang merawat tradisi unuk ini sejak dahulu kala. Laut Lamalera adalah laut yang menghidupkan, laut Lamalera adalah Ibu yang memberikan kehidupan bagi orang-orang Lamalera. Dengan cara berburu ikan paus dan memasarkannya. Perburuan paus ini sangat diperhitungkan waktunya, tidak semua paus di buru dan hanya menggunakan alat tradisional, tombak.

(Ket:Sorakan kegembiraan anak-anak saat proses pemotongan ikan paus. Foto dok. Pribadi Ubas)

Adapun  tiga fakta menarik tentang perburuan ikan paus.( AKARTA, KOMPAS.com Selasa, 8 Mei 2018)
  1. Waktu berburu
    Setiap tahunnya rombongan paus bermigrasi dari belahan bumi utara ke bumi selatan. Salah satu rute yang dilewati ialah perairan Lembata, yaitu pada Mei-Oktober.
    Di rentang bulan itu, masyarakat mulai melakukan ritual-ritual kebudayaan untuk membaca pertanda alam, kapan datangnya rombongan paus.
    Diawali seremonial pada 29 April-1 Mei sebagai pembuka prosesi. Mereka mulai ritual adat di batu paus, mereka meyakini akan dapat kemurahan (rezeki),
    Perburuan tidak dilakukan setiap hari. Ketika mereka lihat semburan paus mereka akan berburu.
    Masyarakat berburu menggunakan perahu tradisional. Dalam satu perahu, berisikan belasan hingga dua puluhan orang, yang bersiap menggengam tombak.
    Begitu paus mendekat, mereka akan menentukan target paus yang bisa diburu dan tidak. Kemudian beberapa dari mereka langsung lompat dan menancapkan tombaknya.

    2. Tidak semua paus diburu
    Dalam satu rombongan paus yang bermigrasi, ada beberapa jenis yang tidak boleh diburu. Pertama ialah paus biru, karena jenis ini disakralkan oleh masyarakat.
    Menurut orang Lamalera paus biru punya kedekatan terhadap masyarakat Lamalera Mereka percaya ada larangan untuk memburu jenis paus tersebut.
    Selain paus biru, paus yang sedang hamil untuk jenis apapun, tidak diperbolehkan diburu baik secara adat, ataupun peraturan lingkungan hidup.

3. Hasil tangkapan menjadi syukuran masyarakat
Pada dasarnya di wilayah itu dari aspek pertanian. Mereka berharap satu-satunya pada laut.  Laut sebagai ibu yang menghidupkan Ikan paus yang mereka buru merupakan pemberian dari Tuhan bagi manusia.
hasil buruan dibagiakan kepada semua kerabat dan keluarga sekampung untuk di jual.
Demikialah mereka punya rasa persaudaraan yang tinggi antar satu dengan yang lain.


Lampiran: vidio penangkapan ikan paus secara tradisional. Sumber: youtube

https://youtu.be/Y6CUPcLGGOs



#excotic_NTT
#lombablog_NTT
#Destinasi
























Komentar

Posting Komentar